Mengenal Bendungan Katulampa

Hujan lebat mulai mengguyur kota Jakarta beberapa hari ini. menurut Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) kemungkinan puncak musim penghujan diperkirakan Januari-Febuari 2010, di mana hujan akan turun tidak mengenal waktu dan bisa sepanjang hari. Baik skala ringan, sedang hingga lebat. Kondisi ini bisa menimbulkan banjir dan mengancam warga yang berada di daerah rawan banjir.

Pada saat-saat rawan seperti inilah nama tempatyang terletakdi daerah bogor akan sering kita dengar, terutama bagi warga Jakarta. Tidak hanya sering dibicarakan, sebagian warga Jakarta juga akan berharap cemas akan berita yang dibawa darinya. Tidak salah lagi, Bendungan Katulampa akan menjadi salah satu pusat perhatian dalam beberapa bulan kedepan (selama musim hujan).




Bendung Katulampa adalah bangunan yang terdapat di kecamatan Katulampa, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bangunan didirikan semasa penjajahan Belanda pada tahun 1887setelah Jakarta, yang waktu itu masih bernama Batavia, dilanda banjir besar pada 1872. Banjir saat itu dikabarkan membuat daerah elite Harmoni ikut terendam air luapan Ciliwung. Bendungan Katulampa ini diresmikan penggunaannya tahun 1911.

Tujuan dibangunnya bendungan ini adalah sebagai sistem informasi dini terhadap bahaya banjir Sungai Ciliwung yang akan memasuki Jakarta. Diperkirakan apa bila air dari Bendungan Katulampa ini dilepaskan maka sekitar 3 - 4jam kemudian air akan sampai di daerah Depok. Selanjutnya di Bendung Depok ketinggian air dipantau dan dilaporkan ke Jakarta sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar aliran sungai ciliwung sudah dapat mengantisipasi sedini mungkin datangnya air banjir yang akan melewati daerah mereka.

Dari segi fisik, Bendungan Katulampa hanya mercu bendung, yaitu konstruksi beton rendah yang dibangun di dasar dan melintang di sepanjang lebar Ciliwung sepanjang 82,5 meter. Mercu bendung berfungsi sebagai landasan untuk menetapkan titik nol dalam pengukuran tinggi air.

Di Bendung Katulampa terdapat satu pintu air yang dapat dibuka-tutup dan akan mengalirkan air lebih banyak ke hilir Ciliwung. Pintu air tersebut hanya digunakan sesekali dalam pengurasan sedimen di sekitar bendung, tujuannya untuk menghanyutkan sedimen lumpur di dasar sungai agar tak terjadi pendangkalan.

Tinggi normal air Ciliwung dibawah 80 sentimeter (cm). Kalau melebihi angka normal berarti debit air mulai besar akibat hujan di daerah Puncak. Jika tinggi air Ciliwung sudah mencapai tersebut penjaga Bendung Katulampa langsung menetapkan status siaga IV dan wajib melaporkannya ke Jakarta. Ketinggian 80 cm menandakan debit air Ciliwung sudah cukup besar dan bisa mengakibatkan banjir di Jakarta.

Fungsi lain dari bendung katulampa adalah sebagai sarana irigasi lahan seluas 5.000 hektar yang terdapat pada sisi kanan dan kiri bendung. Saluran irigasi dari bendung ini mempunyai kapasitas maksimum sekitar 6.000 liter perdetik.

Sebagian air Ciliwung dialirkan lewat pintu air ke Kali Baru Timur, saluran irigasi yang dibangun pada waktu yang sama. Dari Bogor bagian timur, sungai buatan itu mengalir ke Jakarta, di sepanjang sisi Jalan Raya Bogor, melalui Cimanggis, Depok, Cilangkap, sebelum bermuara di daerah Kali Besar, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Air Kali Baru Timur dulu dipakai untuk mengairi sawah yang banyak terdapat di daerah antara Bogor dan Jakarta.

Hingga tahun 1990, areal persawahan di Bogor dan Jakarta masih banyak, yakni 2.414 hektar. Sekarang sawah hampir habis. Di Bogor dan Cibinong tinggal 72 hektar. Di Jakarta malah sudah tak ada sama sekali, hingga fungsi irigasi Bendung Katulampa bisa dikatakan sudah berakhir akibat punahnya areal persawahan di Bogor dan Jakarta.

Bendungan Katulampa sendiri berada dalam pengawasan Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciliwung-Cisedane, Bogor.