Selamat datang di ebukuku.blogspot.com

Tugu Tani (Patung Pahlawan) - Menteng

4 Februari 20120 comments

Beberapa hari belakangan ini masyarakat Indonesia khususnya Jakarta sempat dikejutkan dengan kejadian yang sangat mengguncang hati nurani. Sebuah kecelakaan yang menewaskan hingga 9 orang dan melukai beberapa korban lainnya. Kecelakaan ini mendapat perhatian lebih dikarenakan ada kemungkinan pengaruh obat terlarang yang menjadi penyebab kasus tersebut.



Kecelakaan ini terjadi di sebuah halte yang bernama Halte Tugu Tani. Dinamakan demikian dikarenakan lokasinya yang berdekatan dengan sebuah monumen yang sering disebut sebagai Tugu Tani.

Sebenarnya nama monumen itu bukan Tugu Tani seperti yang dikenal masyarakat kebanyakan. Pada awalnya patung yang terbuat dari perunggu itu bernama Patung Pahlawan, mungkin karena bentuknya yang menyerupai seorang petani (dikarenakan patung ini memakai topi yang biasa disebut caping, yang sering digunakan oleh para petani) sehingga masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan Tugu Tani.

Cerita dibalik pembuatan patung ini terjadi ketika presiden pertama Indonesia Bung Karno melakukan sebuah kunjungan resmi ke Moskow, Uni Soviet pada sekitar akhir tahun lima puluhan. Ketika itu Bung Karno terkesan dengan patung-patung yang ada di beberapa tempat di Moskow. Karena itulah dalam sebuah kesempatan berkunjung ke sebuah tempat pembuatan patung, oleh pihak Uni Soviet, Bung Karno diperkenalkan kepada seniman pembuat patung yang bernama Matvel Manizer dan anak laki-lakinya Otto Manizer.

Dari ketertarikan akan patung di Moskow inilah Bung Karno kemudian mengundang dua orang seniman pematung tersebut ke Indonesia dan sekaligus minta dibuatkan sebuah patung revolusi yang dapat menggambarkan tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan (pada saat itu dimaksudkan untuk perjuangan membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda).

Untuk membuat patung yang diminta oleh Bung Karno, kedua seniman Uni Soviet tersebut melakukan kunjungan ke Indonesia. Di suatu desa di Jawa Barat mereka bertemu dengan penduduk setempat dan mendengar sebuah cerita legenda tentang seorang ibu yang mengantarkan anak lelakinya berangkat menuju ke medan perang. Sang ibu memberikan bekal nasi yang yang dimaksudkan untuk mendorong semangat dan keberanian sang anak agar bertekad memenangkan perjuangan, dan juga agar selalu ingat akan orang tua dan tanah airnya. Ternyata cerita ini menginspirasi kedua seniman tersebut. Dan setelah berkonsultasi dengan tim ahli Bung Karno, mereka kembali ke Uni Soviet untuk memulai proses pembuatan patung.



Setelah Patung tersebut selesai dikerjakan di Rusia, maka dikirimkan ke Jakarta dengan menggunakan kapal laut. Menggunakan perunggu sebagai bahan dasarnya, patung ini memiliki bentuk menyerupai dua orang manusia pria dan wanita yang digambarkan sebagai seorang anak laki-laki dengan ibunya. Patung pria dibuat menggunakan topi caping yang biasa digunakan petani dan memanggul senjata laras panjang. Sedangkan patung wanita dibuat bersanggul, menggenakan kebaya dan kain dan digambarkan sedang memberi makan kepada patung pria. Dan setelah ditempatkan pada pondasinya, monumen ini juga dilengkapi dengan sepuat plat yang berisikan tulisan “HANJA BANGSA JANG MENGHARGAI PAHLAWAN PAHLAWANNJA DAPAT MENJADI BANGSA JANG BESAR”.

Banyak makna yang di gambarkan oleh patung itu. Diceritakan sebagai seorang ibu yang mengantarkan anaknya ke medan juang. Bisa diartikan sebagai Ibu Pertiwi yang melepaskan anak-anaknya ke medan tempur. Juga bisa dikatakan sebagai pejuang pada saat itu berasal dari masyarakat umun dan saat itu kebanyakan 'mungkin' dari kalangan petani dan patung ibu menggambarkan dukungan dari masyarakat.

Patung tersebut tiba di Indonesia pada tahun 1963, kemudian sesuai dengan rencana yang telah disiapkan patung tersebut ditempatkan di segitiga Menteng dan diresmikan oleh Bung Karno. Dalam publikasi selanjutnya patung atau Tugu Tani itu disebutkan sebagai bantuan dari pemerintah Uni Soviet.

Dari sisi politik, pada masa itu merupakan masa era perang dingin ketika Indonesia lebih condong ke Rusia (dahulu Uni Soviet -red) dan RRC secara terselubung melambangkan manivesto politik negara dan bangsa Indonesia yang terilhami oleh perjuangan petani RRC yang berhaluan Komunis. Ini juga menjadi harapan perjuangan PKI (saat itu) yang mengharapkan sumber simpatisan dan kekuatan politik dan perjuangan mereka berasal (terutama) dari Barisan Tani Indonesia atau BTI tahun 1962.

Penempatan Patung Pahlawan di kawasan ini memiliki beberapa alasan. Selain lahannya yang luas hingga memenuhi syarat untuk penempatan sebuah patung yang besar. Lokasi tersebut juga sangat strategis bahkan hingga saat ini, karena merupakan titik pertemuan arus lalu lintas sehingga dapat terlihat dari berbagai penjuru. Lokasi ini juga dekat dengan Markas Korps Komando Angkatan Laut Republik Indonesia yang pada masa itu sedang berjuang membebaskan Irian Barat.


Lihat Peta Lebih Besar






Share this article :

Posting Komentar

 
Support : ebukuku.blogspot.com | Jakarta | Indonesia
Copyright © 2011. ebukuku - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger