Selamat datang di ebukuku.blogspot.com

Kertas Koran Bekas Yang Jadi Bernilai

31 Desember 20090 comments

Sepintas, kerajinan lampu dari Saung EGP Majalengka ini seperti terbuat dari rotan. Tapi jika dilihat lebih dekat apalagi disentuh, kita akan dibuat terkagum-kagum, sekaligus heran karena kerajinan lampu ini terbuat dari kertas koran. Tulisan-tulisan koran masih terlihat samar di balik plitur berwana coklat mengkilat. Tidak jauh indahnya dengan kerajinan dari rotan atau kayu, namun lebih unik. Semua bahan bakunya 100 persen terbuat dari kertas dengan bahan baku utama kertas koran.

Memang menjadi keinginan Jalu Sugih Cahyanto untuk membuat kerajinan dari kertas koran. Kertas koran dipilih, karena Jalu ingin membuat karya dari kertas limbah, bukan dari kertas HVS atau kertas lain.

Ide tersebut muncul dalam penantiannya menunggu panggilan dari tempatnya bekerja sebelumnya sebagai pegawai bank. Diakui Jalu, di masa penantiannnya itu dia mencoba memanfaatkan koran yang ada di rumah untuk membuat sebuah karya. Meski harus berkesperimen beberapa kali, akhirnya Jalu mendapatkan formula yang membuat kertas koran bisa dibuat sebuah benda yaitu dengan cara dipilin.


Benda yang dibuat awalnya adalah lampu hias. "Saat itu keponakan ingin lampu kamarnya redup, jadi saya tutup pakai kertas. Lalu terpikirkan kenapa tidak membuat lampu," tutur Jalu yang ditemui di standnya saat Pekan Kerajinan Jawa Barat pekan lalu.

Jalu pun mulai membuat karya yang awalnya dipajang di rumah. Pembeli awalnya adalah dari tetangga yang tertarik. Ingin lebih serius terjun dalam usaha ini, Jalu pun kemudian bekerjasama dengan dua orang dari Majalengka.

Mereka membuat kerajinan-kerajinan dari kertas koran dan dipasarkan di kaki lima alun-alun Bandung. Saat itu karyanya belum sebagus sekarang karena masih terlihat jelas terbuat dari koran utuh.

Jalu kemudian berkesplorasi lagi dengan menambahkan unsur flitur sehingga menghasilkan karya yang berbeda. Dari situ karya Jalu bersama Warung EGP nya mulai diakui. Jalu pun memasarkan karya dengan menyambangi dari pameran ke pameran. Sedangkan untuk showroom tetap, Jalu ikut memasarkan di Edward Forrer Jalan Veteran.

Jalu bercita-cita untuk terus berkarya dengan kertas. Dia ingin bisa membuat benda apapun dari kertas. "Saya ingin orang tahu kalau semua benda bisa terbuat dari kertas dan saya bisa melakukan itu," tuturnya.

Perjalanan Jalu Sugih Cahyanto untuk menjalankan bisnisnya membuat kerajinan kertas ternyata tidak mulus. Awalnya, dia dipandang sebelah mata, bahkan pernah dicurigai sebagai pembuat petasan.

Jalu menuturkan, dulu pernah ada tetangga yang memberikan koran dan mengira Jalu suka menjual koran-koran tersebut. "Ini koran, itung-itung menambah berat kiloan," ujar Jalu menirukan. Padahal, ujar Jalu, mereka sama sekali tidak tahu apa yang dia lakukan dengan koran-koran tersebut.

Selain itu, rumah Jalu juga pernah didatangi polisi karena dia dicurigai akan membuat petasan dari koran-koran tersebut. Tapi Jalu tidak menyerah, dia bertekad untuk membuktikan kalau dia tengah berkarya dengan kertas koran tersebut.

Kini Jalu dan Saung EGP-nya sudah bisa membuktikan hal tersebut. Mereka sudah bisa menyambangi pameran-pameran dan memenuhi permintaan konsumen di luar kota. Jalu pun kerap dipanggil untuk memberikan pelatihan-pelatihan. Rencananya, dalam waktu dekat dia akan memberikan pelatihan bagi siswa SLB.

Saat ini Jalu sudah mempekerjakan 54 orang di kawasan Majalengka. Di antaranya ada ibu-ibu yang membantu memilin koran.

Jalu menampung koran dari siapapun dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi di pasaran. "Saya jual Rp 2 ribu per kilogram , lebih tinggi dari pasaran karena memang itu bahan baku utama usaha kami," ujarnya saat ditemui di stand Saung EGP di Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB) Graha Manggala Siliwangi.

Dari satu bundel koran, menurut Jalu, bisa menghasilkan 800 pilinan kertas koran. Dari 800 pilinan kertas koran bisa dibuat sebanyak 6 lampu hias. Lampu-lampu hias tersebut nantinya dijual antara Rp 35-Rp 200 ribu.

Jalu mengakui untuk bahan baku memang murah.Bahkan harga biaya lemnya pun lebih mahal dari bahan baku utama yaitu koran. Namun yang mahal menurut Jalu adalah ide pembuatannnya.

Dalam satu hari Saung EGP bisa menghasilkan sekitar 40 karya. Selain lampu hias, koran-koran tersebut dibuat menjadi wadah tissue, dan berbagai miniatur benda.(ema/ern)

Sumber Detik Bandung


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : ebukuku.blogspot.com | Jakarta | Indonesia
Copyright © 2011. ebukuku - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger